Cari Blog Ini

18/01/12

Polite, Unpolite, Policy and No Rule!!!

Berawal dari perkenalan saya pada budaya salaman (berjabat tangan) keluarga kakak ipar saya, yang akhirnya dengan sukses mampu mengubah gaya berjabat tangan saya. Trust me Bro’, it works!!. Awalnya tidak mudah bersalaman dengan orang tua menggunakan gaya salaman menempelkan tangan beliau ke jidat setelah menjabat erat telapak tangannya. Dalam benak saya, jabat tangan seperti itu adalah bentuk penghormatan yang berlebihan dan bukan lagi merupakan usaha untuk menunjukkan rasa sayang. Bahkan, ketika ego saya bekerja kegiatan tsb menurut saya masuk dlm kegiatan merendahkan diri..*no offense*, karena saya rasa jabat tangan seperti ini akan pantas saya lakukan pada bapak, ibu dan Mbah Uti. Oke, dalam hal ini saya masuk kategori tidak sopan memang dan demi menjaga pencitraan (bukan untuk menunjukkan rasa hormat) akhirnya saya mengubahnya, diawali dengan melakukan jabat tangan ini tentunya pada keluarga kakak ipar (termasuk si kakak ipar). Ahh, geli n risih2 gemanaa gtuu..

Sampai pada akhirnya saya yang tadinya pemilih utk melakukan jabat tangan ini pada orang tertentu saja, sekarang malah dengan naifnya udah ga bisa memilah-milah mana yg harus dan tidak harus saya jabat tangannya dengan cara spt ini. Ough karma iniii… Yeayyy…bapak ibu yang saya jabat tangannya dengan model spt ini jangan merasa digilai hormat sama saya yaaa…haks haks haks.

Selanjutnya adalah kegiatan mengucapkan “Nunsewu” yang sampe sekarang masih saya pikirkan efektivitas nya, kapan dan dimana waktu yang tepat untuk mengucapkan kata sakti tersebut. Kadar kesaktiannya hampir setaraf dengan kata “Maaf, Tolong, dan Terimakasih”. Di lingkungan saya tinggal sekarang (Godean, DIY) hal-hal seperti ini walaupun nampaknya sepele namun jadi hal mendasar yang harus ditegakkan ketika melakukan interaksi dg siapa saja. Saya merasa tertohok sekali ketika acara makan bersama di pawon (dapur) dilakukan dengan cara duduk di bangku kecil (dingklik). Dengan posisi semua orang duduk di bawah, maka yang kebagian jatah duduk di atas akan mengucapkan “Nunsenwu” pada yang duduk di bawahnya, walopun yang duduk di atas adalah si empunya rumah ato Bapak Ibu yang jelas-jelas kalo dilihat dari faktor usia seharusnya tidak perlu mengucapkan kata-kata itu kepada kita yang notabene lebih muda usianya drpd beliau.

Hal yang sama juga akan dilakukan ketika beliau berdiri lalu berjalan melewati kita yang sedang duduk, maka kata “Nunsewu” akan diucapkan kembali. Dan pemirsa, yang saya rasakan saat itu adalah rasa heran sekaligus tertohok (bagaikan perpaduan rasa pedas manis dr makanan saya). Efek yang ditimbulkan membuat saya jadi digilai hormat dan saya sebenernya sedikit tidak enak bila diperlakukan spt ini, sekaligus teguran buat saya bahwasannya saya juga harus melakukan hal yang sama seperti itu, minimal ketika sedang bersama mereka. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung..

Jaman memang selalu berubah, tapi selama masi ada anak cucu yang mau dan bersedia menjunjung tinggi budaya leluhur maka sopan santun akan selalu ada. Walau kadangkala tidak semua sopan santun bisa digeneralisir penggunaannya di semua tempat dan kondisi. Bayangkan saja klo saya harus selalu mengucapkan “Nunsewu” di tengah-tengah teman-teman yang sedang duduk makan bersama-sama dengan cara lesehan..Wauw, Suswanto eh sesuatu bangett….

Belajar sopan santun ternyata juga tidak terbatas hanya pada usia anak-anak sekolah saja, karena sampai nanti kita dewasa dan akhirnya mati pun pasti selalu ada hal baru yang berkaitan dengan sopan santun dan etika bergaul. Setiap menemukan lingkungan baru maka aturan dan etika dalam lingkungan tersebut juga biasanya akan dipengaruhi oleh manusia-manusia yang jadi penghuni lingkungan tersebut dan lingkungan baru ini akan kita temui sepanjang hidup kita.

Terbentuknya karakter manusia yg Polite, Unpolite dan bahkan No Rule tsb diawali dari keluarga sebagai lingkungan yang pertama kali dikenal oleh manusia. Jadi keluarga yang biadab akan menghasilkan keluarga yang biadab juga (ups, ini sarkasme skalii). Selanjutnya bila si biadab ini bertemu dengan lingkungan di luar keluarga yang biadab juga maka akan jadi pribadi yang super biadab, jadi tidak hanya No Rule saja, bahkan bisa jadi Break the Rule!!! Krn aturan dibuat adalah untuk dilanggar (kata mereka lhoo bukan kata saya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar